BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang.
Hipertensi menjadi
momok bagi sebagian besar penduduk dunia termasuk Indonesia.Hal ini karena
secara statistik jumlah penderita yang terus meningkat dari waktu ke waktu.
Berbagai faktor yang berperan dalam hal ini salah satunya adalah gaya hidup
modern. Pemilihan makanan yang berlemak, kebiasaan aktifitas yang tidak sehat,
merokok, minum kopi serta gaya hidup sedetarian adalah beberapa hal yang
disinyalir sebagai faktor yang berperan terhadap hipertensi ini. Penyakit ini
dapat menjadi akibat dari gaya hidup modern serta dapat juga sebagai penyebab
berbagai penyakit non infeksi.
Hal ini berarti
juga menjadi indikator bergesernya dari penyakit infeksi menuju penyakit non
infeksi, yang terlihat dari urutan penyebab kematian di Indoensia. Untuk lebih
mengenal serta mengetahui penyakit ini, maka kami akan membahas tentang
hipertensi. Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan darah sistolik lebih
besar atau sama dengan 140 mmHg atau peningkatan tekanan darah diastolik lebih
besar atau sama dengan 90 mmHg(Anindya,2009).
Hipertensi
menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung,
serangan jantung dan kerusakan ginjal. Tanpa melihat usia atau jenis kelamin,
semua orang bisa terkena hipertensi dan biasanya tanpa ada gejala-gejala
sebelumnya. Hipertensi juga dapat mengakibatkan kerusakan berbagai organ target
seperti otak, jantung,ginjal,aorta,pembulu darah perifer dan retina.
Oleh karena itu,
negara Indonesia yang sedang membangun di segala bidang perlu memperhatikan
pendidikan kesehatan masyarakat untuk mencegah timbulnya penyakit seperti
hipertensi, kardiovaskuler, penyakit degeneratif dan lain-lain, sehingga
potensi bangsa dapat lebih dimanfaatkan untuk proses pembangunan. Golongan umur
45 tahun ke atas memerlukan tindakan atau program pencegahan yang
terarah.Hipertensi perlu dideteksi dini yaitu dengan pemeriksaan tekanan darah
secara berkala, yang dapat dilakukan pada waktu check-up kesehatan atau saat periksa
ke dokter.
1.2. Rumusan Masalah
1.
Apakah definisi hipertensi ?
2.
Apakah etiologi/ faktor pencetus hipertensi ?
3.
Apakah
manifestasi klinis hipertensi ?
4.
Apakah pemeriksaan penunjang pada hipertensi ?
5.
Apakah penatalaksanaan klien dengan hipertensi ?
6.
Apa sajakah komplikasi dari hipertensi ?
7.
Apakah asuhan keperawatan pasien dengan hipertensi ?
1.3. Tujuan
Tujuan Umum
Ø Menjelaskan pengertian dan
asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan hipertensi.
Tujuan Khusus
Ø Mengetahui dan memahami
definisi hipertensi.
Ø Mengetahui dan memahami
etiologi/ faktor pencetus hipertensi.
Ø Menyebutkan dan memahami
manifestasi klinis hipertensi.
Ø Mengetahui dan memahami
pemeriksaan penunjang pada hipertensi.
Ø Mengetahui dan memahami
penatalaksanaan klien dengan hipertensi.
Ø Mengetahui dan memahami
komplikasi dari hipertensi.
Ø Menjelaskan asuhan keperawatan
pasien dengan hipertensi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP DASAR HIPERTENSI
2.1 Definisi Hipertensi
Hipertensi atau Darah Tinggi adalah keadaan dimana seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah diatas normal atau kronis (dalam waktu yang
lama).Hipertensi merupakan kelainan yang sulit diketahui oleh tubuh kita
sendiri. Satu-satunya cara untuk mengetahui hipertensi adalah dengan mengukur
tekanan darah kita secara teratur.
Tekanan
darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi peningkatan
tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama).Penderita yang mempunyai
sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat
istirahat diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi.
Pada
pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih tinggi
diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah
diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik).Tekanan darah kurang dari
120/80 mmHg didefinisikan sebagai "normal".Pada tekanan darah tinggi,
biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan diastolik.Hipertensi biasanya
terjadi pada tekanan darah 140/90 mmHg atau ke atas, diukur di kedua lengan
tiga kali dalam jangka beberapa minggu.
2.2 Etiologi Hipertensi
Berdasarkan penyebabnya, Hipertensi dapat
digolongkan menjadi 2 yaitu:
Hipertensi esensial atau primer
Penyebab pasti dari hipertensi
esensial sampai saat ini masih belum dapat diketahui.Namun, berbagai faktor
diduga turut berperan sebagai penyebab hipertensi primer, seperti bertambahnya
umur, stres psikologis, dan hereditas (keturunan).Kurang lebih 90% penderita
hipertensi tergolong Hipertensi primer sedangkan 10% nya tergolong hipertensi
sekunder.
Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang
penyebabnya dapat diketahui, antara lain kelainan pembuluh darah ginjal,
gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid), penyakit kelenjar adrenal
(hiperaldosteronisme), dan lain lain. Karena golongan terbesar dari penderita
hipertensi adalah hipertensia esensial, maka penyelidikan dan pengobatan lebih
banyak ditujukan ke penderita hipertensi esensial.
Berdasarkan faktor akibat Hipertensi terjadi peningkatan tekanan darah di dalam
arteri bisa terjadi melalui beberapa cara:
·
Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan
lebih banyak cairan pada setiap detiknya
·
Terjadi penebalan dan kekakuan pada dinding
arteri akibat usia lanjut. Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi
kaku, sehingga mereka tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah
melalui arteri tersebut. Karena itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa
untuk melalui pembuluh yang sempit daripada biasanya dan menyebabkan naiknya
tekanan.
·
Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa
menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan
fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari dalam
tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan darah juga
meningkat.
Oleh sebab itu, jika aktivitas memompa jantung
berkurang, arteri mengalami pelebaran, dan banyak cairan keluar dari sirkulasi.
Maka tekanan darah akan menurun atau menjadi lebih kecil.
Berdasarkan faktor pemicu, Hipertensi dibedakan atas yang tidak dapat
dikontrol seperti umur, jenis kelamin, dan keturunan.Pada 70-80% kasus
Hipertensi primer, didapatkan riwayat hipertensi di dalam keluarga.Apabila
riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang tua, maka dugaan Hipertensi
primer lebih besar.Hipertensi juga banyak dijumpai pada penderita kembar
monozigot (satu telur), apabila salah satunya menderita Hipertensi.Dugaan ini
menyokong bahwa faktor genetik mempunyai peran didalam terjadinya Hipertensi.
Sedangkan yang dapat dikontrol seperti kegemukan/obesitas, stress, kurang
olahraga, merokok, serta konsumsi alkohol dan garam.Faktor lingkungan ini juga
berpengaruh terhadap timbulnya hipertensi esensial. Hubungan antara stress
dengan Hipertensi, diduga melalui aktivasi saraf simpatis. Saraf simpatis
adalah saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas, saraf parasimpatis
adalah saraf yang bekerja pada saat kita tidak beraktivitas.
Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat meningkatkan tekanan darah
secara intermitten (tidak menentu). Apabila stress berkepanjangan, dapat
mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti,
akan tetapi angka kejadian di masyarakat perkotaan lebih tinggi dibandingkan
dengan di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan pengaruh stress yang
dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota.
Berdasarkan
penyelidikan, kegemukan merupakan ciri khas dari populasi Hipertensi dan
dibuktikan bahwa faktor ini mempunyai kaitan yang erat dengan terjadinya
Hipertensi dikemudian hari.Walaupun belum dapat dijelaskan hubungan antara
obesitas dan hipertensi esensial, tetapi penyelidikan membuktikan bahwa daya
pompa jantung dan sirkulasi volume darah penderita obesitas dengan hipertensi
lebih tinggi dibandingan dengan penderita yang mempunyai berat badan normal.
2.3 Manifestasi Klinis Hipertensi
Mekanisme Terjadinya Hipertensi Gejala-gejala hipertensi antara lain pusing,
muka merah, sakit kepala, keluar darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk
terasa pegal,dan lain-lain. Dampak yang dapat ditimbulkan oleh hipertensi
adalah kerusakan ginjal, pendarahan pada selaput bening (retina mata), pecahnya
pembuluh darah di otak, serta kelumpuhan.
2.4 Pemeriksaan Penunjang
Hipertensi
1.
Hemoglobin / hematokrit : mengkaji hubungan dari
sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan
faktor-faktor resiko seperti hipokoagulabilitas, anemia.
2.
BUN / kreatinin : memberikan informasi
tentang perfusi/fungsi ginjal.
3.
Glukosa : Hiperglikemia (diabetes melitus adalah
pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin
(meningkatkan hipertensi).
4.
Kalium serum : hipokalemia dapat
mengindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab) atau menjadi efek samping
terapi diuretik.
5.
Kalsium serum : peningkatan kadar kalsium
serum dapat meningkatkan hipertensi.
6.
Kolesterol dan trigeliserida serum : peningkatan
kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk/adanya pembentukan plak ateromatosa
(efek kardiofaskuler).
7.
Pemeriksaan tiroid : hipertiroidisme dapat
mengakibatkan vasikonstriksi dan hipertensi.
8.
Kadar aldosteron urin dan serum : untuk menguji
aldosteronisme primer (penyebab).
9.
Urinalisa : darah, protein dan
glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya diabetes.
10.
VMA urin (metabolit katekolamin) : kenaikan dapat
mengindikasikan adanya feokomositoma (penyebab); VMA urin 24 jam dapat
digunakan untuk pengkajian feokromositoma bila hipertensi hilang timbul.
11.
Asam urat: hiperurisemia telah
menjadi implikasi sebagai faktor resiko terjadinya hipertensi.
12.
Steroid urin : kenaikan dapat mengindikasikan
hiperadrenalisme, feokromositoma atau disfungsi ptuitari, sindrom Cushing’s;
kadar renin dapat juga meningkat.
13.
IVP : dapat mengidentifikasi penyebab
hipertensi, seperti penyakit parenkim ginjal, batu ginjal dan ureter.
14.
Foto dada : dapat menunjukkan
obstruksi kalsifikasi pada area katub; deposit pada dan/ EKG atau takik aorta;
perbesaran jantung.
15.
CT scan : mengkaji tumor serebral, CSV,
ensevalopati, atau feokromositoma.
16.
EKG: dapat menunjukkan perbesaran jantung, pola
regangan, gangguan konduksi. Catatan : Luas, peninggian gelombang P adalah
salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
2.5 Penatalaksanaan
a.
Penatalaksanaan Non Farmakologis.
Diet
Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam.Penurunan
BB dapat menurunkantekanan darah dibarengi dengan penurunan aktivitas rennin
dalam plasma dankadar adosteron dalam plasma.
Aktivitas.
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan
dan disesuaikan denganbatasan medis dan sesuai dengan kemampuan seperti
berjalan, jogging,bersepeda atau berenang.
Penatalaksanaan Farmakologis.
Secara garis besar terdapat bebrapa hal yang
perlu diperhatikan dalam pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu:
i.
Mempunyai efektivitas yang tinggi.
ii.
Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau
minimal.
iii.
Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
iv.
Tidak menimbulakn intoleransi.
v.
Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh
klien.
vi.
Memungkinkan penggunaan jangka panjang.
Golongan obat - obatan yang diberikan pada klien
dengan hipertensi seperti golongan diuretic, golongan betabloker, golongan
antagonis kalsium,golongan penghambat konversi rennin angitensin.
2.6 Komplikasi
Organ organ tubuh sering terserang akibat hipertensi anatara lain mata berupa perdarahan retina bahkan gangguan penglihatan sampai kebutaan,gagal jantung, gagal ginjal, pecahnya pembuluh darah otak.
Organ organ tubuh sering terserang akibat hipertensi anatara lain mata berupa perdarahan retina bahkan gangguan penglihatan sampai kebutaan,gagal jantung, gagal ginjal, pecahnya pembuluh darah otak.
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. BIODATA PASIEN
1. Nama :
Ny. T
2. Umur :
70 tahun
3. Jenis Kelamin :
Wanita
4. Agama :
Islam
5. Pendidikan :
SD
6. Pekerjaan :
Tani
7. Golongan Darah :
-
8. No Register :
02.98.01
9. Alamat :
Damuli
10. Status :
Kawin
11. Keluarga Terdekat : Anak
12. Diagnosa Medis :
Hipertensi
II. BIODATA PENANGGUNG JAWAB
1. Nama :
Mi’an
2. Umur :
25 tahun
3. Hubungan dengan pasien : Anak
4. Pendidikan :
SD
5. Pekerjaan :
Tani
6. Alamat :
Selorejo ampel gading
III. ANAMNESIS
A. Keluhan Utama(alasan MRS)
-
Keluhan
saat masuk : klien mengatakan badannya lemah, kepalanya pusing, dadanya sesak
dan nafsu amkan menurun.
-
Keluhan
saat pengkajian : klien mengatakan dadanya sesak ketika bernafas,kepalanya
pusing.
B. Riwayat penyakit sekarang
Paliatif
: klien datang dengan riwayat
HT dan gastritis
Quality : klien dengan keadaan
pingsan
Regio : kepala
pusing dan dada sesak
Saverity : skala nyeri 5
Time : ± 1 minggu yang lalu
NO
|
Intensitas Nyeri
|
Diskripsi
|
|
Menurut
numeric = 5
|
- Pasien mengatakan nyeri masih bisa ditahan
atau sedang
- Pasien nampak gelisah
-
Pasien nampak sedikit berpartisipasi dalam
perawatan
|
C. Riwayat penyakit yang lalu
Klien mengatakan mempunyai riwayat hipertensi
± 3 bulan dan hanya berobat di PUSKESMAS saja.
D. Riwayat kesehatan keluarga
Klien mengatakan bahwa dalam keluarga klien
tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit yang sama seperti klien.
IV. POLA PEMELIHARAAN KESEHATAN
a.
Pola pemenuhan kebutuhan nutrisi
NO
|
Pemenuhan Makan/Minum
|
Di rumah
|
Di Rumah Sakit
|
1.
|
Jumlah/waktu
|
-Pagi : Klien makan porsi sedang dengan
nasi, sayur, lauk dan minum air putih.
-Siang : Klien makan porsi sedang dengan
nasi, sayur, lauk dan minum air putih.
-Malam
: Klien makan porsi sedang dengan nasi, sayur, lauk dan minum air putih.
|
- Pagi : klien makan sesuai
dengan diet yang diberikan
- Siang : Klien makan sesuai
dengan diet yang diberikan.
- Malam : Klien makan sesuaidengan diet yang diberikan.
|
2.
|
Jenis
|
- Nasi : putih.
- Lauk : Ikan, tahu, tempe, daging
- Sayur : bayam.
- Minum : air putih.
|
- Nasi : bubur
- Lauk : Ayam
- Sayur : Sop
- Minum: air putih.
|
3.
|
Pantangan
|
-
|
Rendah
garam
|
b.
Pola eliminasi
NO
|
Pemenuhan Eliminasi BAB/BAK
|
Di Rumah
|
Di Rumah Sakit
|
1.
|
Jumlah/Waktu
|
-
Pagi
: BAB 1x/hari, BAK 2x/hari.
- Siang
: BAK 2x/hari.
- Malam : BAK 2x/hari.
|
- Pagi : belum BAB, belum BAK
- Siang : Belum BAB, sudah BAK 1x
- Malam : Belum BAB dan sudah BAK 1x
|
2.
|
Warna
|
- BAB : kuningan.
- BAK : jernih.
|
-BAB :
-
-BAK :
kuning jernih
|
3.
|
Bau
|
- BAB : khas
- BAK : khas
-
|
-BAB :
-
-BAK :
-
|
4.
|
Konsistensi
|
BAB :
lembek
|
-
|
c.
Plola istirahat tidur
NO
|
Pemenuhan Istirahat Tidur
|
Dirumah
|
Di Rumah Sakit
|
1.
|
Jumlah/waktu
|
-
Pagi
: ± 1 jam.
-
Siang
: ± 1 jam.
-
Malam
: ± 7 jam.
|
-
Pagi
: ± 2 jam.
-
Siang
: ± 2 jam.
-
Malam
: ± 4 jam.
|
2.
|
Gangguan
Tidur
|
Tidak
mengalami gangguan tidur.
|
Klien tidak bisa tidur karena sesak nafas,
muntah-muntah dan pusing.
|
d.
Pola kebersihan diri/personal Hygiene
NO
|
Pemenuhan Personal Hygiene
|
Di Rumah
|
Di Rumah Sakit
|
1.
|
Frekuensi
mencuci rambut
|
2
x/minggu
|
Belum
pernah
|
2.
|
Frekuensi
mandi
|
2x/hari
|
Diseka
2x/hari
|
3.
|
Ftekuensi
gosok gigi
|
2x/hari
|
Belum
pernah
|
4.
|
Warna
Rambut.
|
Putih
beruban
|
Putih
beruban
|
5.
|
Bau
|
-
|
-
|
6.
|
Konsistensi
|
Kusam
|
Kusam
|
V. PEMERIKSAAN
KEPALA,WAJAH DAN LEHER
1. Pemeriksaan Kepala
Inspeksi : Bentuk kepala
Dolicephalus,kesimetrisan +, luka -.
Palpasi
: Nyeri tekan +, pusing.
2. Pemeriksaan Mata
Inspeksi :
a. Kelengkapan dan kesimetrisan +.
b. Warna iris merah.
c.
Kelopak mata/palpebra : oedema -, peradangan -,
benjolan -.
d. Pemeriksaan Visus
Tanpa Snelen Card :
kurang jelas.
e.
Konjungtiva dan sclera : konjungtiva anemis dn
scera coklat.
3. Pemeriksaan Hidung
Inspeksi dan palpasi : Pembengkokan -, sekret
-, perdarahan -, kotoran -, polip -.
4. Pemeriksaan Telinga
Inspeksi : Bentuk simetris, lesi -, peradangan
-, penumpukan serumen -, perdarahan -, perforasi -.
Palpasi : tidak ada nyeri
tekan.
5. Pemeriksaan Mulut dan Faring
Inspeksi dan palpasi : Kelainan konginetal
labio -, warna bibir merah muda, lesi -, caries +, kotoran +,gigi palsu +,gingi
vitis +, waarna lidah kotor, perdarahan -, abses -.
6. Pemeriksaan Wajah
Inspeksi : ekspresi wajah klien tegang,
kondisi klien lesu dan letih, kelumpuhan otot-otot facialis -.
7. Pemeriksaan Leher
Inspeksi dan
palpasi:
a.
Bentuk leher simetris, peradangan -, perubahan
warna -, masa -.
b. Pembesaran kelenjar tiroid -.
c. Pembesaran vena jugularis +.
8. Keluhan yang dirasakan klien terkait dengan
pemeriksaan kepala, wajah, leher:
klien
mengeluh kepalanya terasa pusing.
VI. PEMERIKSAAN THORAKS
DAN PARU
a. Inspeksi
-
Bentuk
thoraks: normal chest,susunan ruas tulang belakang, bentuk dada simetris.
-
Retraksi
otot Bantu pernapasan : retraksi intercoste +, retraksi suprasternal-,
pernapasan cuping hidung +.
-
Pola
nafas : Takipneu.
b. Palpasi
Pemeriksaan taktil/vocal
vermitus: -, getaran antara kanan dan kiri sama, cianosis -.
c. Perkusi
Area paru sonor
d. Auskultasi
1. Suara nafas: Area vesikuler bersih, area
bronchial bersih,area bronchovasikuler bersih.
2. Suara ucapan : Eghophoni –.
3. Suara tambahan : Rales +.
e. Kelainan lain yang dirasakan klien terkait
dengan pemeriksaan thoraks dan paru yaitu klien merasa dadanya sesak ketika
bernafas.
VII. PEMERIKSAAN JANTUNG
a. Inspeksi
Ictus cordis -, pulsasi pada dinding thoraks
lemah.
b. Palpasi
Palsasi pada dinding
thoraks teraba: tidak teraba/tidak terkaji.
c. Perkusi
Tidak ada pembesaran.
-
Batas
atas : ICS II.
-
Batas
bawah : ICS V.
-
Batas
kiri : ICS VMid Clavikula.
-
Batas kanan : ICS IV Mid Sternalis Dextra.
d. Auskultasi
-
BJ I :
Terdengar “LUB” tunggal (reguler), keras.
-
BJ II :
Terdengar “LUB” tunggal (reguler), keras.
e.
Keluhan lain terkait dengan pemeriksaan jantung :
tidak ada kelainan.
VIII. PEMERIKSAAN ABDOMEN
a. Inspeksi
-
Bentuk
abdomen datar.
-
Masa
atau benjolan -, kesimetrisan +, bayangan pembuluh darah vena -.
b. Auskultasi
Frekuensi peristaltik
usus 15x/menit.
c. Palpasi
-
Hepar :
Perabaan lunak.
-
Lien : tidak terdapat nyeri tekan dan tidak ada
pembesaran.
-
Appendik : Nyeri tekan -, nyeri lepas -, nyeri
menjalar kontralateral -.
d.
Kelainan yang dirasakan pada saat pemeriksaan
abdomen : tidak ada kelainan.
IX. PEMERIKSAAN GENETALIA
Tidak
Dikaji.
X. PEMERIKSAAN
MUSKULOSKELETAL
(EKSTREMITAS)
a. Inspeksi
Otot antara sisi kanan
dan kiri simetris, Deformitas -, fraktur -, terpasang gips -.
b. Palpasi
-
Oedem -
-/- -/-
-
Uji
kekuatan otot 5/5 5/5
XI. PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
Respon membuka
mata spontan, respon verbal 5, respon motorik 6.Kesimpulan compor mentris.
Memeriksa
tanda-tanda rangsangan otak : peningkatan suhu -, nyeri kepala +, kaku kuduk -,
mual muntah +, kejang -, penurunan kesadaran -.
Memeriksa nervus cranialis :
-
Nervus
III : Ocumua latorius reaksi pupil
terhadap cahaya +.
-
Nervus
VIII : Ketajaman pendengaran +.
-
Nervus XII
: Gerakan lidah menjulur dan menonjolkan lidah +.
Pemeriksaan fungsi
motorik :Ukuran otot simetris, atropi -.
Pemeriksaan fungsi sensorik : Kepekaan benda tumpul +.
XII. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
a.
Darah Lengkap :
Leukosit : 6,250 / µℓ
Hemoglobin : 15,4
b.
Kimia darah
Ureum : 50 mg/dl
Creatinin : 0,89 mg/dl
SGDT : 20
SGPT : 16
Gula darah : 95 mg/dl
XIII. PEMERIKSAAN RADIOLOGIS
Tidak dilakukan pemeriksaan radiology.
XVI. TERAPI YANG TELAH DIBERIKAN
-
Acran 3
x 1
-
Amino
drip ½ ampul
-
Cairan
RL 20 tetes/menit
ANALISA DATA
No
|
Data
|
Etiologi
|
Prolem
|
1
|
Ds :
Klien mengatakan klien mempunyai riwayat hipertensi
Do :
Tekanan darah klien meningkat TD : 175/100 mmHg
|
Medulla
Saraf simpatis
Ganglia simpatis
Tekanan darah
Kontriksi
Peningkatan tekanan
darah
|
Peningkatan
tekanan darah
|
2
|
Ds
:
Keluarga
klien mengatakan klien merasa sakit kepala yang sangat hebat
Do
:
Klien
meringis menahan sakit kepala yang dirasakan TD : 175/100 mmHg.
ADL
: Klien sakit terhambat
|
Saraf simpatis
Saraf pasca ganglion
Kontriksi
Sakit kepala
|
Nyeri/Sakit
kepala
|
3
|
Ds
:
Keluarga klien mengatakan klien tidak tidur semalam
dan terus merasakan sakit kepalanya.
Do :
TD : 175/100 mmHg
ASL : Klien sedikit terhambat
|
Peningkatan tekanan vaskuler serabral
Saraf simpatis
Tidak mampu mengatasi
nyeri
Gangguan pola
istirahat
|
Gangguan
pola istirahat
|
Diagnosa
keperawatan.
1. Peningkatan
Tekan darah b/d penurunan curah jantung ditandai dengan karena punya riwayat
hipertensi dengan tekanan darah 175/100 mmHg.
2. Nyeri
b/d peningkatan vaskuler d/d kepala sakit yang dirasakan oleh pasien.
3. Gangguan
pola tidur b/dketidak tidak mampuan mengatasi nyeri d/d mata klien tampak
cekung, tekanan darah 175/100 mmHg.
Rencana
Keperawatan
No
|
Diagosa
Keprawatan
|
Tujuan
|
Rencana Tidakan Keperawatan
|
Rasional
|
1
|
Peningkatan Tekan darah b/d penurunan curah jantung
ditandai dengan karena punya riwayat hipertensi dengan tekanan darah 175/100
mmHg.
|
- Tekanan
darah menurun.
- Nyeri
berkurang
|
- Pantau
tekanan darah
- Berikan
lingkungan tenang, nyaman, kurangin aktivita.
- Batasi
jumlah kujungan
- Lakukan
tindakan yang nyaman seperiti pijatan leher dan kepala.
- Kolaborasi
dalam pemberian obat : tiazid
|
- Untuk
melihat perkembangan penurunan tekanan darah
- Membantu
menurunkan rangsangan simpatis meningkatkan relaksasi
- Mengurangin
stress dan ketegangan yang mempengaruhi tekanan darah.
- Tiazid
mungkin mengunakan untuk menurunkan tekanan darah fungsi ginjal relaty
normal.
|
|
Nyeri b/d peningkatan vaskuler d/d kepala sakit yang
dirasakan oleh pasien yang begitu hebat.
|
- Menurunkan
skalah rangsangan nyeri dikepala
|
- Mempertahankan
tirah baring selama fase aktif.
- Berikan
tidakan nonfarmakologi untuk menhilangakan sakit kepala seperti kompres
dingin dan pijat
- Kolaborasi
dalam pemberian analgesik.
|
- Tindakan
yang menurunkan tekanan vaskular serebral dan yang memperlambat respon
simpatis efektif dalam langka mengurangi sakit kepala dan komplikasi.
- Mengurangi
atau mengkontrol nyeri dan menurunkan rasangan sytem saraf simpatis
|
|
Gangguan pola tidur b/dketidak tidak mampuan
mengatasi nyeri d/d mata klien tampak cekung, tekanan darah 175/100 mmHg.
|
- Pola
tidur klien terpenuhi.
- Klien
tidak terbangun lagi pada malam hari
|
- Batasi
jumlah pengunjung dan lamanya tinggal
- Kolaborasi
dalam pemberian obat
- Membaca
ayat suci Al – Quran sebelum waktu tidur
|
- Vasudilatasi
pada sistem saraf simpatis
- Memberi
ketenangan batin klen sebagai umat muslim
|
Catatan
Perkembangan
No
|
Dx dan Tanggal
|
Implementasi
|
Evaluasi
|
1
|
Diagnosa
1
21.02.2017
|
- Mengkaji
tekanan darah.
TD : 175/100 mmHg.
- Mengurangi
aktivitas pasien dan menghindari keributan di dalam ruangan.
- Melakukan
pijatan pada pungung dan leher.
- Memberikan
obat captopril 2 x 12,5 mg.
|
S : Keluarga mengatakan nyeri kepala klien masih dirasakan
O :
TD : 175/100 mmHg.
A :
Masalah belum teratasi
P :
Intervensi dilanjudkan
|
2
|
Diagnosa
II
21.02.2017
|
- Mempertahankan
agar klien tirah baring selama nyeri masih terasa.
- Melakukan
pijatan ringan pada leher
- Memberikan
obat analgesik asam mefenamat 3 x 500 mg.
|
S :
keluarga mengatakan nyeri klien masih terasa.
O :
klien tampak meringis.
A :
masalah belum teratasi.
P :
intervensi dilanjudkan.
|
3
|
Diagnosa
III
21.02.2017
|
- Menganjurkan
keluarga yag berkunjung agar tidak terlalu ramai dan ribut.
- Membacakan
ayat – ayat suci Al – Quran sebelum klien istirahat.
|
S : keluarga mengatakan klien masih sering
terbangun.
O : mata klien tampak cekung
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjudkan.
|
No
|
Dx dan Tanggal
|
Implementasi
|
Evaluasi
|
1
|
Diagnosa
1
22.02.2017
|
- Mengkaji
tekanan darah.
TD : 150/100 mmHg.
- Mengurangi
aktivitas pasien dan menghindari keributan di dalam ruangan.
- Melakukan
pijatan pada pungung dan leher.
- Memberikan
obat captopril 2 x 12,5 mg.
|
S : Keluarga mengatakan nyeri kepala klien terkadang masih dirasakan
O :
TD : 150/100 mmHg.
A :
Masalah Sebagian teratasi
P :
Intervensi dilanjudkan
|
2
|
Diagnosa
II
22.02.2017
|
- Mempertahankan
agar klien tirah baring selama nyeri masih terasa.
- Melakukan
pijatan ringan pada leher
- Memberikan
obat analgesik asam mefenamat 3 x 500 mg.
|
S : keluarga mengatakan sekali – kali nyeri klien
masih terasa.
O :
klien tampak meringis.
A :
masalah sebagian teratasi.
P :
intervensi dilanjudkan.
|
3
|
Diagnosa
III
22.02.2017
|
- Menganjurkan
keluarga yag berkunjung agar tidak terlalu ramai dan ribut.
- Membacakan
ayat – ayat suci Al – Quran sebelum klien istirahat.
|
S : keluarga mengatakan klien masih sering
terbangun.
O : mata klien tampak cekung
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjudkan.
|
1
|
Diagnosa
1
23.02.2017
|
- Mengkaji
tekanan darah.
TD : 140/90 mmHg.
- Mengurangi
aktivitas pasien dan menghindari keributan di dalam ruangan.
- Melakukan
pijatan pada pungung dan leher.
- Memberikan
obat captopril 2 x 12,5 mg.
|
S : Keluarga mengatakan nyeri kepala klien sudah hilang
O :
TD : 140/90 mmHg.
A :
Masalah teratasi
P :
Intervensi dihentikan
|
2
|
Diagnosa
II
23.02.2017
|
- Mempertahankan
agar klien tirah baring selama nyeri masih terasa.
- Melakukan
pijatan ringan pada leher
- Memberikan
obat analgesik asam mefenamat 3 x 500 mg.
|
S : keluarga mengatakan sekali – kali nyeri klien
masih terasa.
O :
wajah klien tampak rileks
A :
masalah teratasi.
P :
intervensi dihentikan
|
3
|
Diagnosa
III
23.02.2017
|
- Menganjurkan
keluarga yag berkunjung agar tidak terlalu ramai dan ribut.
- Membacakan
ayat – ayat suci Al – Quran sebelum klien istirahat.
|
S : keluarga mengatakan klien sudah bisa tertidur.
O : mata klien tidak tampak cekung
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan.
|
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
1.1
Kesimpulan
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan
tekanan darah yang abnormal dengan diastol > 90 mmHg dan sistol > 140
mmHg yang dipengaruhi oleh banyak faktor risiko.Hipertensi dibagi menjadi dua
golongan besar, yaitu hipertensi primer (essensial) dan hipertensi sekunder.
Hipertensi primer merupakan penyebab kematian terbesar
dengan presentase 90% dibandingkan dengan hipertensi sekunder dengan presentase
10% karena penyebab dari langsung (etiologi) dari hipertensi primer tidak
diketahui dan penderita yang mengalami hipertensi primer tidak mengalami gejala
(asimtomatik). Terapi hipertensi dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu
terapi medis dan non-medis.Kontrol pada penderita hipertensi sangat diperlukan
untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.
1.2
Saran
Untuk menurunkan resiko hipertensi, pasien yang
menderita hipertensi hendaknya melakukan terapi medis maupun non-medis secara
kontinyu, melakukan pola gaya hidup sehat seperti olahraga teratur, diet
teratur sesuai dengan kebutuhan dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda
Juall. 2000. Diagnosa Keperawatan Jilid 6. Jakarta : EGC
Doenges, ME.,
Moorhouse, MF., Geissler, AC. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman
untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.Jakarta : EGC
Guyton, AC. &
Hall, JE. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC
untuk pathway belum ada yah ?
BalasHapusKenapa di implementasi nya ada 2 diagnosa nya?
BalasHapusCasino Canada Review - Claim a Welcome Bonus at
BalasHapusBonus, Casino Canada, Games & Bonuses — 프로미넌스 포커 The Casino Canada bonus can be claimed from all Canada's w88 코리아 casinos. They'll be based on a total bonus worth 🏆 룰렛 만들기 Bonus Details: Up to $1000🏆 Best Canada Casino: Bodog💻 Software Providers: 룰렛사이트 Microgaming📺 프라하 사이트 Games Provider: Evolution Gaming